BERGURU PADA RAMADHAN

MARHABAN YA RAMADHAN, Oleh: HM. Syukron Maksum, Khadim Pesantren Baytul Quran Internasional


Minggu, 28 Mei 2017 | 17:38:35 WIB



HM. Syukron Maksum
HM. Syukron Maksum DOK/NT

Advertisement


Advertisement

eNewsTimE.co- Suatu ketika, sebagaimana disaksikan Sahabat Umar bin Khattab ra., Rasulullah SAW kedatangan tamu unik. Berbaju putih bersih, berambut hitam lebat, rapi tak tampak baru bepergian jauh, dan semua tidak tahu siapa dia, sampai Rasulullah memberi tahu bahwa ia adalah Jibril. Dan yang lebih unik, si tamu menyandarkan kedua lututnya pada lutut Rasulullah.

Lutut ketemu lutut ini semacam transfer ilmu, yang dalam istilah jawa kuno: ngelmu, antara guru-murid atau antara dua sahabat yang sedang membahas atau menyampaikan hal yang sangat penting.

Ada beberapa catatan penting dalam peristiwa ini. Pertama, cara berpakaian yang sopan dan perilaku yang ditunjukkan Jibril menyimbolkan pentingnya penghormatan saat berjumpa dengan orang lain. Selain itu, bertatap muka secara langsung dalam rangka membahas ilmu adalah sebuah keniscayaan. Jadi tidak cukup belajar dari internet atau buku, tapi perlu berjumpa langsung dengan guru, karena disitu ada transfer energi positif dan berkah.

Kedua, salah satu tanda hari Kiamat adalah banyaknya anak yang durhaka kepada kedua orangtuanya, serta kian banyak orang yang berlomba-lomba mengejar dunia, saling unggul-mengungguli dalam harta, kedudukan, kehormatan dan sejenisnya.

Ketiga, seseorang dinilai sempurna agamanya jika telah memenuhi unsur Iman, Islam dan Ihsan dalam perilaku kehidupannya. Jika salah satunya tidak terpenuhi, maka seorang hamba harus terus berusaha memperjuangkan ketiganya.
Mari belajar pada Ramadhan. Bulan mulia ini mengajarkan kepada kita ketundukan, kerendah-hatian dan penghormatan pada orang lain, apalagi kepada yang telah berjasa pada kita semacam guru dan juga orang tua. Ramadhan mengajarkan kesederhanaan sebagai jalan kemuliaan, bukan berlebih-lebihan yang justru menistakan kehormatan.

Pada prinsipnya, Ramadhan mendidik jiwa kita menjadi insan yang sempurna, mendekat sedekat-dekatnya kepada Allah, menjadi insan yang bertaqwa. Maka tak salah jika hanya pada Ramadhan-lah hijab penghalang antara kita dengan Allah disingkap. Tiada jarak.
Subhanallah. Selamat bagi yang berhasil merengkuh kemuliaan Ramadhan.


Penulis: HM. Syukron Maksum
Editor: BENI MURDANI
Sumber: eNewsTimE.co

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement