AUDIT KENIKMATAN

MUTIARA JUMAT, Oleh : HM. Syukron Maksum, Khadim Pondok Pesantren Al-Ishlah Kuala Jambi


Jumat, 31 Maret 2017 | 02:18:15 WIB



HM. Syukron Maksum
HM. Syukron Maksum DOK/NT

Advertisement


Advertisement

eNewsTimE.co - Saat itu matahari Madinah sedang tepat di ubun-ubun, ketika Abu Bakar terhuyung-huyung berjalan menuju masjid. Pada jam-jam itu, biasanya penduduk Madinah memilih menetap di rumah karena terik yang sangat dan belum ada AC seperti sekarang ini.
“Apa yang menyebabkan engkau keluar pada jam seperti ini, hai Abu Bakar?” tanya Umar bin Khattab yang juga baru saja keluar.
“Aku keluar karena desakan rasa lapar,” jawabnya.
Lalu Umar berkata, “Demi Allah, aku keluar karena lapar juga.”
Tak berapa lama mereka berpapasan dengan Rasulullah SAW, yang ternyata juga keluar karena hal yang sama. “Demi Allah yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, aku keluar juga karena rasa lapar. Mari kita pergi ke rumah Abu Ayyub Al-Anshari,” ajak Nabi.
Abu Ayyub bahagia sekali mendapat kunjungan tamu-tamu yang mulia. Ia segera memotong satu tangkai kurma. Dan untuk menjamu tamu kehormatannya, Abu Ayyub menyembelih kambing muda. Sebagian dimasak dan sebagian lagi disate.
Rasulullah dan dua sahabatnya makan dengan lahap. Kemudian beliau bersabda, “Roti, daging, kurma matang, kurma segar, kurma muda.” Rasulullah menyebutkan satu persatu hidangan yang tersedia sembari menitikkan air mata.
Beliau bersabda lagi, “Demi Allah, inilah nikmat yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah pada Hari Kiamat kelak.” Lalu Rasulullah SAW membaca ayat ke delapan Surat At-Takatsur: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada Hari Kiamat tentang kenikmatan yang kamu peroleh di dunia.”
***
Kisah yang tersebut dalam Tafsir Ad-Dur Al-Mantsur ini dalam sekali maknanya. Kisah dalam versi yang tidak jauh berbeda juga diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Ya’la, dan Ibnu Majah, yang juga diriwayatkan oleh para penulis Kitab as-Sunan, sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir.
Dalam Surat At-Takatsur ayat terakhir, Allah SWT berfirman: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada Hari Kiamat tentang kenikmatan yang kamu peroleh di dunia.”
Prof Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa ayat ini adalah penutup, tetapi sebagai kunci bagi peringatan pada pembukaan ayat. Di ayat pertama dikatakan bahwa banyak orang telah terlalaikan oleh kesukaan bermegah-megahan dengan harta, dengan pangkat dan kedudukan, dengan anak dan keturunan. Bermegah-megahan dengan kehidupan yang mewah, dengan rumah yang laksana istana, kendaraan yang baru dan modern, dan jabatan yang prestius. Semua memang merupakan nikmat dari Allah. Tetapi harus diketahui bahwa akan dipertanyakan dengan detail tentang sikap terhadap segala nikmat itu.
“Apa yang kita perbuat dengan segala nikmat itu?” Dipergunakan untuk kebaikan ataukah justru untuk keburukan. Dihabiskan untuk kemanfaatan atau malah untuk kemudharatan. Dijadikan alat untuk membantu orang tak mampu atau untuk memperturutkan hawa nafsu. Dimanfaatkan untuk kemuliaan hidup atau sekedar untuk gaya hidup.
“Dari mana segala nikmat itu diperoleh?” Diperoleh dengan cara yang benar, yang membuatkan kita mulia, atau malah didapatkan dengan jalan yang salah, yang membuat kita terhina di hadapan manusia dan Allah SWT.
“Apakah dari yang halal atau yang haram?” Apakah dengan korupsi, menipu, atau menjarah harta orang lain. Ataukah dengan berbisnis yang halal, bekerja yang benar dan diperoleh secara profesional.
“Adakah kita memperkaya diri dengan menghisap keringat, darah dan air mata sesama manusia?” Atau kekayaan dan kenikmatan itu diperoleh dengan cara yang benar dan tetap menguntungkan orang lain.
Sungguh, semua itu nanti akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
***
Telah ditegaskan pula di dalam Shahih al-Bukhari, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah, Rasulullah bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang membuat banyak orang tertipu olehnya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.”

Karunia sehat yang telah Allah berikan, akan dimintai pertanggungjawaban. Apakah badan yang sehat ini dipergunakan untuk membuat orang lain bahagia atau malah menderita. Apakah nikmat sehat ini dimanfaatkan untuk mengabdi pada Allah atau hanya memperturutkan nafsu belaka, berharap bahagia yang ternyata malah membuat sengsara.
Hadiah waktu yang duapuluhempat jam, apakah digunakan untuk hal-hal yang produktif atau justru bermalas-malasan. Untuk berkarya atau berleha-leha. Padahal detik demi detik terus berlalu, dan kita akan selalu kehilangan waktu. Jika waktu tak dipergunakan dengan sebaik-baiknya, maka penyesalanlah akhirnya. Dan semuanya itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
***
Dalam Tafsir Al-Misbah, Prof Quraish Shihab mengingatkan, apakah kita sudah bersyukur terhadap segala nikmat sehat, nikmat waktu luang, nikmat keamanan, nikmat makan, nikmat minum dan nikmat-nikmat lainnya, dan apakah kita sudah memenuhi hak Allah di sana. Ataukah kita malah menggunakan kenikmatan itu untuk bermaksiat kepada-Nya dan tertipu dengannya sehingga kita tidak melakukan sikap syukur dan diberi hukuman karenanya.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al Ahqaaf ayat 20, “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan), "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniamu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik.”
Jadi, jika tidak bersyukur terhadap segala karunia Allah, maka balasan kepedihan bersiaplah untuk diterima. Lalu bagaimana cara bersyukur? Yakni dengan memenuhi hak Allah. Mendapatkan dan mempergunakan segala kenikmatan dari Allah itu dengan cara yang sesuai dengan tuntunan-Nya dan dipergunakan pula untuk seluas-luas manfaat bagi sesama. 
***
Semoga kita tidak menjadi insan yang kufur nikmat. Semoga kita bisa menjadi hamba yang bersyukur, yang mempergunakan segala kenikmatan untuk mendapatkan ridha Allah SWT.


Penulis: HM. Syukron Maksum
Editor: BENI MURDANI
Sumber: eNewsTimE.co

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement