Covid-19 dan Masa Depan Konstruksi Boiler Installation (30 TPH CFB BOILER)

Oleh: Efrijal


Jumat, 17 April 2020 | 11:39:30 WIB



Efrijal
Efrijal ISTIMEWA/NT

Advertisement


Advertisement

eNewsTimE.co - Pandemi Covid-19 yang merebak di seluruh penjuru dunia memberikan dampak yang signifikan terhadap stabilitas ekonomi, sehingga menyebabkan terjadinya pelambatan bahkan resesi ekonomi dunia. Dinamika ekonomi global tersebut pun secara langsung berimplikasi terhadap stabilitas ekonomi nasional, terlebih dengan semakin masifnya jumlah suspect serta penyebaran Covid-19 ke wilayah Indonesia.

Sejak awal Maret hingga saat ini, terjadi pelambatan ekonomi nasional, pekerja informal paling terdampak, apalagi dengan pemberlakuan social distancing, Work From Home (WFH) dan stay at home, mobilitas atau lalu lintas perdagangan dan jasa menurut drastis.

Fokus dan keseriusan pemerintah dalam penanggulangan bencana nasional ini, semakin terlihat dan ditegaskan dengan terbitnya Keppres No. 11 Tahun 2020, tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19.

Perppu No.1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19, serta PP No. 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19. 

Ketua Umum BPP Gapensi Iskandar Z Hartawi mengaku pihaknya ikut terdampak. Sebagai asosiasi yang menaungi pelaku jasa konstruksi di Indonesia dengan jumlah anggota 30.763 BUJK, 82 persen diantaranya bergerak di skala UMKM akan merasakan dampak paling signifikan.

Sektor jasa konstruksi sebagai bagian dari pelaku ekonomi, merasakan dampak yang sangat besar atas wabah Covid-19. Elemen pelaksanaan konstruksi seperti material, tukang, peralatan, transportasi, waktu dan mobilitas terkait langsung dengan wabah Covid-19, sehingga dapat menimbulkan ketidakpastian.

Fakta di lapangan, proyek pengerjaan bangunan di suatu tempat bisa jadi telat karena material dan tukangnya diangkut dari tempat lain, terganggu mobilitas transportasinya karena pemberlakuan kebijakan karantina wilayah yang diberlakukan pimpinan di suatu daerah.

Terlebih, jika materialnya harus didatangkan dari propinsi lain. Belum lagi, variabel eskalasi harga dan bahan baku yang melambung tinggi karena kenaikan kurs dolar dan harus diimpor.

 

Sektor Industri yang Terkena Dampak dari Corona

 

Menurut riset dari Moody’s industri yang paling terkena dampaknya terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama yang paling terkena dampak cukup tinggi yaitu industri seperti garment, otomotif, supplier otomotif, konsumer, pariwisata, maskapai penerbangan, hingga pengiriman. Pada bagian kedua yang terkena dampak secara moderat adalah industri minuman, kimia, manufaktur, media, logam dan tambang, minyak dan gas, properti, agrikultur hingga perusahaan teknologi hardware. 

Pada bagian ketiga yang terkena dampak agak minim adalah industri-industri seperti konstruksi, pertahanan, peralatan, transportasi, farmasi, pengemasan, ritel makanan hingga telekomunikasi.

 

Dampak Corona Terhadap Industri

 

Industri adalah salah satu penyumbang terbesar dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun lalu. Kontribusi yang diberikan dari industri ini pada PDB 2019 tercatat 19,62 persen. Kontribusi tersebut jauh diatas perdagangan, pertanian, konstruksi hingga pertambangan.

Menurut data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) selama Februari 2020 nilai impor dari semua golongan barang turun dibanding Januari 2020. Mulai dari impor bahan konsumsi yang menurun 39,91 persen, lalu impor bahan baku/penolong turun 15,89 persen hingga barang modal turun 18,03 persen. Hal tersebut juga membuktikan bahwa penurunan impor bahan baku tersebut dalam negeri tengah lesu.

Penurunan ini juga memang akan muncul dikarenakan memang adanya pembatasan terhadap segala bentuk aktivitas di luar rumah demi mencegah penyebaran Covid-19 yang akhirnya berdampak pada aktivitas ekonomi serta membuat perputaran uang semakin melambat. 

 

Masa Depan dan Proyeksi Boiler Installation Padang

 

Seperti diketahui Salah satu perusahaan eksportir minyak sawit terbesar di Indonesia, Apical Group mendirikan pabrik minyak di kawasan Teluk Bayur Kota Padang, Sumatera Barat. Nilai investasinya mencapai Rp. 800 milyar lebih.

Lokasi proyek ini sangat strategis karena dekat pelabuhan, tempat tersebut sangat mendukung aktifitas kinerja ekspor, agar bisa lebih cepat dan efisien. Untuk lebih tepatnya proyek pabrik ini dibangun dikawasan Teluk Bayur kawasan PT. Pelindo II, Cabang Teluk Bayur Padang. 

Salah satu dari bagian project bangunan ini adalah pembangunan Boiler Installation berkapasitas 30 Ton, yang di nahkodai oleh PT.EA dan PT.NJK. Project ini sudah berjalan kurang lebih 1 bulan setengah dengan berbagai progres didalamnya.

Ditengah merebaknya wabah Covid-19 project ini tetap beraktifitas seperti biasa, tetapi dengan pengawasan yang lebih ketat agar para karyawan tetap bekerja dengan sehat dan selamat.

Dari pemantau saya. Setiap pagi para pekerja atau karyawan selalu di cek suhu tubuh, dan masuk ke kamar disinfektan bahkan tim safety dari PT.EA dan NJK terlihat membagikan masker kepada pekerja dan karyawannya. 

Dengan adanya wabah ini para pemangku kebijakan selalu berperan penting untuk mengutamakan keselamatan para pekerja dan karyawan serta selalu bekerja sesuai dengan target dan progres yang ada.

Kita berharap, semoga wabah virus ini cepat berlalu agar keadaan segera membaik khususnya dalam bidang kontruksi. Karena jika tidak di tangani dengan cepat dan sigap, dampak negatif dari wabah ini bisa saja menyebar kesemua lini, bukan saja dalam bidang kontruksi tapi bisa saja merebak ke sektor yang berkaitan didalamnya.(*)

*Penulis Adalah Supervisor Boiler Installation (30 TPH CFB BOILER), Padang.


Penulis: EFRIJAL
Editor: BENI MURDANI
Sumber: eNewsTimE.co

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement