Tanjabtim Masih Endemis Kaki Gajah

Pemkab Akan Lakukan Pengobatan secara Massal


Sabtu, 14 Oktober 2017 | 16:44:25 WIB



Ilustrasi penderita kaki gajah
Ilustrasi penderita kaki gajah

Advertisement


Advertisement

MUARASABAK, eNewsTimE.co - Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) hingga kini masih  termasuk salah satu daerah endemis penyakit kaki gajah (Filariasis). Untuk menekan penyakit tersebut, Pemkab Tanjabtim melaksanakan pengobatan secara masal dalam dua tahun berturut-turut.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tanjabtim Hendriyanto mengungkapkan, dari 300 sampel yang diperiksa, ditemukan sebanyak 4 sampel yang positif, dan penemuan cacing filaria itu agak padat. ‘’Jikalau dalam pemeriksaan itu hanya ditemukan standarnya rata-rata dibawah 1 per sampel pemeriksaan, atau tiga saja yang ditemukan, tidak ngulang lagi minum obat filaria tersebut. Kini ditemukan 4 dari 300 sampel, dan ditemukannya agak padat cacing filarianya. Kalau tiga saja ditemukan, dia tidak ngulang lagi. Dengan artian sudah selesai. Karena diatas tiga, Satu kabupaten wajib minum obat filaria selama dua tahun berturut-turut, dan akan dimulai pada september 2017 ini,’’ ungkapnya.

Dijelaskannya, dalam Provinsi Jambi, selain Kabupaten Tanjabtim yang wajib melaksanakan minum obat filaria itu secara masal, ialah Kabupaten Tanjab Barat dan Muarojambi, karena daerah juga endemis filariasis. ‘’’Kita, Kabupaten Tanjabtim ini temasuk Kabupaten endemis filaria dalam Provinsi Jambi,’’ ucapnya.

Lebih lanjut Hendri menjelaskan,  jika sudah positif terserang filaria, mereka wajib minum obat selama 12 hari secara berturut-turut. Namun bila terdapat yang sedang rawat jalan, ada atau tidaknya cacing filaria tersebut, maka secara teori satu Kabupaten harus minum obat itu. ‘’Itu guna mencegah pengembangan filariasis tersebut. Ada maupun tidak cacing itu dalam tubuh, mereka wajib minum obat filaria ini demi pencegahan,’’ terangnya.

Penyebaran penyakit itu, melalui median gigitan nyamuk yang telah menggigit si penderita. Dalam teorinya, dengan sampai 5000 gigitan nyamuk yang membawa virus filaria tersebut. ‘’Intinya nyamuk yang membawa filaria itu tidak kemana-mana. Sementara filaria itu penekanannya tidak dapat dengan foging. Bila mereka sudah minum obat ini, sebanyak gigitan nyamuk itu tidak berbengaruh lagi ditubuh mereka yang sudah meminum obat tersebut. Bila lambat diketahui ataupun penanganan terhadap masyarakat yang terserang vilaria ini lambat, mereka dapat cacat total. Dan Alhamdulilah program minum obat secara masal ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat,’’ terangnya.

Saat ini tercatat sebanyak 75 kasus filaria yang ditemukan di Bumi Sepucuk Nipah Serumpun Nibung, mayotitas terdapat di Kelurahan Talang Babat Kecamatan Muarasabak Barat, ‘’Termasuk areal perkantoran ini sentralnya filaria. Sedangkan di Kecamatan dendang, Muarasabak Timur dan Geragai sebagian kecil. Persoalan ini diupayakan ditanggani dengan secepatnya, namun ini bukanlah persoalan mudah. maka kita membutuhkan bantuan stake holder terkait untuk turut menghimbau kembali pegawainya. Sementara Cara memakan obat itu perlu pemahaman yang tinggi. Bila ada cacing vilaria didalam tubuh itu, setelah minum obat dia akan bereaksi, seperti orang meriang. Tetapi kalau tidak ada tidak masalah,’’ tukasnya.


Penulis: AKHMAD. SF
Editor: BENI MURDANI
Sumber: eNewsTimE.co

Tagar:

# MUARASABAK

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement