Pemkab Tanjabbar Kecolongan Lagi



Kamis, 20 April 2017 | 15:27:16 WIB




Advertisement


Advertisement

KUALATUNGKAL,eNewsTimE.co-‎Pemkab Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) kecolongan lagi. Setelah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jabung Barat Sakti (PT JBS) yang bergerak dibidang Kelistrikan (PLTG) Tanjung Jabung Power, yang belum satu rupiahpun menambah PAD. Kini masih ada lagi usaha yang dikelola BUMD tersebut bergerak di pengolahan air isi ulang yang kolaps.

Kabid Aset Pemkab Tanjabbar, Zulhendra mengaku, belum mengetahui pasti kalau BUMD itu punya usaha pengolahan air isi ulang bermerk Quala dimasa kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Usman-Katamso. ‘’Kalau ‎soal pengolahan air isi ulang, saya belum tau. Tapi ada memang daftarnya di bagian aset. Nanti akan saya koordinasikan dengan Kabag Aset, Rajiun Sihotang,’’ kata dia, kemarin.

Menurutnya, dioperasikannya JBS berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjabbar, Nomor 7 Tahun 2002, agar dapat menambah PAD dan bisa menjadi mitra Pemda dalam bisnis. ‘’Tapi kalau BUMD tidak pernah mendatangkan keuntungan bagi Daerah, harusnya dikaji lagi. Apakah harus dilanjutkan atau ditarik lagi bantuan yang dikucurkan tersebut,’’ sebutnya. ‘’Dan kalau dana yang digunakan BUMD itu berasal dari dana Pemda, semua barang baik yang bergerak dan yang tidak, itu harus dikembalikan ke Pemda. Karena itu adalah aset. Itu kan ada aturan dan dasarnya,’’ imbuhnya.

Sementara itu, Kabag Ekonomi Setda Tanjabbar, Slamet Aprijanto sangat menyayangkan kinerja Direktur BUMD, Yusal tersebut. ‘’Memang sangat disayangkan. Tapi mau bilang gimana lagi, Dirutnya ngaku terlalu banyak kendalanya dan kalah saing dengan depot air isi ulang,’’ terangnya.

Dikatakan Slamet, berdasarkan pengakuan Dirut Jabung Barat Sakti, Yusal, hasil keuntungan dari perusahaan yang sangat kecil alias tipis. Hal ini dikarenakan mahalnya harga galon dan tutupnya. Sementara, perusahaan air kemasan lainnya mampu memproduksi sendiri botol, tutup dan brand perusahaannya. ‘’Para pesaing mampu memproduksi sendiri botol dan tutupnya, sementara kita harus beli dari pihak ketiga,’’ sebut pria berkacamata ini menirukan ucapan Dirut JBS.

Ketika ditanya, berapa pendapatan perusahaan selama masih beroperasi? Slamet mengaku belum sempat melihat laporan keuangan perusahaan.‎ ‘’Memang ada laporan keuangannya, cuma saya belum sempat melihat isi laporannya,’’ kata Slamet.

Terpisah, Dirut BUMD Jabung Barat Sakti, Yusal, ketika ditanya terkait hal ini mengakui, kalau selama BUMD yang dipimpinnya tidak pernah menikmati deviden. Baik dari saham yang ditanamkan di perusahaan Tanjung Jabung Power, maupun PD Quala. ‘’Ya, mau bagaimana lagi, perusahaan yang menjual daya Listrik Tenaga Gas (PLTG) dan air isi ulang ini selalu merugi, jadi bagaimana kita mau setorkan deviden. Untuk biaya operasional saja, sudah tutup lubang gali lubang, bagaimana dapat pembagian keuntungan,’’ ungkapnya.

Dia beralasan kalau soal kerugian PT. TJP ini telah diaudit setiap tahun. ‘’Akan tetapi, meski kita tidak pernah merasakan keuntungan usaha, ada keberhasilan yang harus dilihat, yakni dari sisi sosialnya,’’ ucapnya tanpa merincikan seperti apa sisi sosialnya. ‘’Coba ditanyakan ke Direksi PT. TJP, Ahmad Yani,’’ imbuhnya.

Disinggung soal pabrik pengolahan air isi ulang Quala yang berada di Jalan Lintas Tungkal-Jambi tutup, Yusal mengaku karena besarnya biaya produksi ketimbangan keuntungan yang didapat dari penjualannya. ‘’Biayanya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan. Makanya, kita tutup saja,’’ tukasnya.


Penulis: Rita Gunawan
Editor: Lana



Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement