Hotel Santy Layak Menjadi Destinasi Wisata

Saksi Sejarah Perkembangan Kota Muarasabak, Kabupaten Tanjabtim


Rabu, 15 Februari 2017 | 18:17:55 WIB



Kondisi terkini Hotel Santy di Kecamatan Muarasabak Timur, Kabupaten Tanjabtim.jpg
Kondisi terkini Hotel Santy di Kecamatan Muarasabak Timur, Kabupaten Tanjabtim.jpg NURDIN MANESSA/NT

Advertisement


Advertisement

MUARASABAK, eNewsTimE.co - Hotel Santy berada di Jalan Suropati, Kecamatan Muarasabak Timur (dulu Muarasabak), Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) dibangun sekitar tahun 1970 an, dan merupakan salah satu bangunan saksi sejarah Kota Muarasabak. Bangunan hotel berkonstruksi kayu itu, berada di bantaran sungai Batanghari, dan kini masih beroperasi karena masih saja ada tamu datang menginap.

 

 Dilihat sepintas, Hotel tua itu terkesan tidak berpenghuni dan tidak terurus, karena hampir seluruh material bangunannya sudah mau lapuk dimakan usia. Hotel ini memiliki 12 fasilitas kamar tempat tidur, dan 8 masih berfungsi sedangkan sisanya sudah tidak bisa  digunakan lagi.

Kenapa penulis tertarik untuk menelusuri sejarah kehadiran Hotel ini, karena menulis menilai Hotel Santy memiliki nilai sejarah terhadap perkembangan Muarasabak dan Kabupaten Tanjabtim. Selain lokasi Hotel pas menghadap sungai, dulu sekitar Hotel juga menjadi tempat pusat perdagangan diera tahun 1970. Dimana zaman itu, kapal-kapal dagang baik dari Riau, Palembang, dan kapal dagang dari Singapura, serta Malaysia bersandar di sekitaran hotel.

Dulu Hotel Santy menjadi tempat para pedagang dan pengusaha luar menginap dan selalu ramai dikunjungi tamu. Atas dasar itulah pemilik Hj. Nurhayati mendirikan hotel itu. Dikabarkan, bahwa Hotel Santy dulu berdiri pas disamping Masjid Raya Muarasabak, yang hanya berjarak beberapa meter dari lokasi saat ini. Hotel ini dipindah dari lokasi semula, setelah kebakaran hebat terjadi ditahun 1980 an dan menghanguskan hampir seluruh rumah warga di Muarasabak, termasuk bangunan Hotel Santy yang pertama.

Dulu Muarasabak masuk wilayah Pemerintahan Kabupaten Tanjung Jabung yang pusat pemerintahan berada di Kuala Tungkal. Sejak pemekaran di tahun 1999, Muarasabak (Kini Kecamatan Muarasabak Timur) sempat menjadi pusat Kota Pemerintahan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan Hotel Santy masih ramai dikunjungi tamu saat itu. Seiring perkembangan daerah, dan tahun 2002 pusat pemerintahan mulai berpindah ke Kecamatan Muarasabak Barat, tepatnya di Bukit Menderang, Kelurahan Rano.

Muarasabak Timur kini tetap saja ramai, rumah-rumah penduduk hampir semua berada di bantaran sungai, namun Hotel Santy sepertinya tidak terurus lagi, karena dikabarkan hanya sesekali saja tamu yang datang menginap. Bila ditelusuri sejarah perkembangan Kabupaten Tanjabtim, Muarasabak dan Hotel Santy adalah daerah dan tempat yang bisa dijadikan sebagai destinasi wisata. Sekarang tinggal pemerintah, bagaimana cara mengelolahnya.

Hotel Santy bisa saja disulap sebagai aset wisata yang menarik perhatian pengunjung, selain lokasi tepat dibibir sungai. Bangunan Hotel Santy tergolong unik karena berkontruksi kayu tua. Kalau saja Hotel ini dipermak (didesain) indah tanpa menghilangkan unsur keasrian bangunan sangat memungkinkan menarik perhatian. Boleh saja bentuk bangunan luar ditata ulang dengan material kayu baru, sedangkan untuk fasilitas hotel dan kamar, didesain sedemikian rupa seperti Hotel-Hotel berkelas dengan tarif yang terjangkau dengan konsep layanan dan managemen yang profesional. Kenapa kita tidak mencobanya, bukan kah ini peluang investasi yang bisa bernilai tinggi.

Faktanya, sudah banyak kita temui konsep-konsep destinasi wisata unik dan bangunan tua di Kota-Kota lain dan disulapnya sebagai investasi dan objek wisata bernilai tinggi. Kalau saja pemilik Hotel Santy memiliki pandangan yang sama dengan penulis, kenapa tidak mencobanya. Kalau alasan keterbatasan modal, bisa saja dilakukan kerja sama dengan pemerintah setempat.

Peluang dan potensinya juga menjanjikan. Ada beberapa nilai-nilai sejarah atau pertimbangan   yang bisa dijual, selain  berada ditepi sungai, dan Kota Muarasabak juga merupakan Kota bersejarah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Untuk jarak tempuh ke lokasi dari pusat Pemerintahan di Muarasabak Barat, kita hanya butuh waktu sekitar 15 dan 20 menit saja. 

Pendukung lainnya, yaitu tentang sejarah Muarasabak itu sendiri. Daerah ini juga daerah atau kampung kelahiran beberapa tokoh-tokoh politik Jambi, seperti Zulkifli Nurdin (mantan Gubernur Jambi dua priode), H. Hasan Ismail, salah satu tokoh politik dan pendiri PAN yang juga orang tua dari H. Romi Hariyanto, SE yang saat ini menjabat Bupati Tanjabtim priode 2016-2021, ada juga Supriono, yang kini menjabat sebagai anggota DPR Provinsi.

Selain itu, orang tua Zulkifli Nurdin dan Hazrin Nurdin, atau datuk Zumi Zola, yaitu Almarhum Nurdin Hamzah sang pedagang atau saudagar sukses dan ternama di Provinsi Jambi, juga lahir di Muarasabak. Makanya, hingga zaman ini Muarasabak, dikenal dan sangat identik sekali dengan latar belakang kehidupan keluarga besar Zulkifli Nurdin, termasuk H. Hasan Ismail, dan H Yud (orang tua dari Yudi Hariyanto, anggota DPR Tanjabtim saat ini).

Dua tokoh sentral PAN ini (H. Zulkifli Nurdin dan H. Hasan Ismail) pernah menghabiskan masa-masa kecilnya di Muarasabak bersama sudara-saudara kandungnya yang lain. Dikabarkan, orang-orang saksi sejarah Muarasabak ini, baru pindah ke Kota Jambi sekitar tahun 1970 an mengikuti orang tuanya, Almarhum Nurdin Hamzah.

Sisi menarik lainnya, Muarasabak dulu dikenal dengan nama Kampung China yang mana pada saat itu Muarasabak ada di seberang atau persisnya saat ini di sekitar daerah Pelabuhan Samudera. Entah dari mana sejarahnya, Muarasabak dulu dikenal dengan nama kampung Cina. Beberapa tokoh masyarakat yang sempat ditemui penulis, juga mengakui hal itu. Menurut mereka, karena dulu Muarasabak itu tempat berdiam orang-orang China perantau, dan terbukti,  kini masih ada beberapa orang China berdiam di sana.

Disebutkan masyarakat, bahwa Muarasabak dulu menjadi daerah pelabuhan atau tempat bongkar muat barang-barang dagangan dari luar, termasuk barang-barang selundupan dari Singapura. Di zaman itu Muarasabak dikenal dengan pelabuhan, karena hampir semua aktivitas kapal-kapal pedagang dari Riau, Kepri, Palembang dan Singapura semua berlabuh di Muarasabak.

Inilah sisi-sisi menarik Kota Muarasabak yang berhasil ditelusuri penulis, dan sangat memungkinkan sekali dijadikan potensi destinasi wisata. Belum lagi hasil tangkapan laut yang cukup berlimpah, dari berbagai jenis ikan laut berkualitas bisa di dapat di sini, seperti ikan senangin, bawal, udang, tenggiri, kakap, dan masih banyak lagi jenis lainnya. 

Inilah potret potensi salah satu daerah Kabupaten Tanjabtim, dan masih banyak lagi daerah-daerah lain yang tidak kalah menariknya, karena hampir semua daerah itu berada di bibir-bibir pantai Kabupaten Tanjabtim. Demikian dulu yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan singkat ini ada manfaatnya, kalau ada yang belum terangkum, anggaplah sebagai kesempurnaan tulisan ini. Terima kasih.


Penulis: NURDIN MANESSA
Editor: BENI MURDANI
Sumber: eNewsTimE.co

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement