A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: fopen(/tmp/pupr_clssess_3ncuhjlievpd3unqvv6tkudg80qavnbg): Failed to open stream: No space left on device

Filename: drivers/Session_files_driver.php

Line Number: 178

Backtrace:

File: /var/www/enewstime.co/application/controllers/Berita.php
Line: 7
Function: __construct

File: /var/www/enewstime.co/index.php
Line: 321
Function: require_once

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: session_start(): Failed to read session data: user (path: /tmp)

Filename: Session/Session.php

Line Number: 143

Backtrace:

File: /var/www/enewstime.co/application/controllers/Berita.php
Line: 7
Function: __construct

File: /var/www/enewstime.co/index.php
Line: 321
Function: require_once

Sediakan WiFi, Sekolah Ini Malah Dihujat Orangtua Murid




Sediakan WiFi, Sekolah Ini Malah Dihujat Orangtua Murid



Minggu, 05 Februari 2017 | 11:45:13 WIB



Illustrasi
Illustrasi LIPUTAN6.COM

Liputan6.com, Masssachusetts - Dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, tidak sedikit sekolah yang mulai menyediakan fasilitas WiFigratis di lingkungan sekolah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.

Namun aneh,  sebuah sekolah di Masssachusetts, Amerika Serikat, justru dituntut oleh orang tua murid karena menyediakan fasilitas WiFi. Ada apa gerangan sebenarnya?

Menurut yang dilansir laman Ubergizmo, Sabtu (29/8/2015)konektifitas jaringan WiFi yang disediakan di lingkungan sekolah tersebu berbahaya, dan malah membuat sejumlah siswa jatuh sakit.

Sejumlah siswa berumur 12 tahun dikabarkan sering merasa pusing, mimisan dan mual ketika dia berada di sekolah. Para orang tua siswa mengatakan bahwa gejala anak mereka ini mulai sering terjadi sejak tahun 2013 lalu, yakni ketika sekolah mulai memasang sistem nirkabel baru yang diklaim dapat memancarakan sinyal WiFi lebih kuat.

Untuk membuktikannya, pihak sekolah pun melakukan serangkaian uji coba sesuai untuk mengetahui tingkat radiasi yang dihasilkan. Namun, berdasarkan hasil uji yang didapat, ternyata radiasi sinyal WiFi di lingkungan sekolah itu masih dalam keadaan aman.

Akan tetapi, para orangtua siswa tidak mengindahkan hasil uji radiasi tersebut. Mereka tetap menuntut sekolah dan kepala sekolah terkait masalah radiasi sinyal WiFi. 

Para orangtua menuntur agar pihak sekolah untuk mengganti fasilitas WiFi dengan kabel Ethernet. Mereka pun meminta uang ganti rugi sebesar US$ 250.000.

Menurut sejumlah ahli, kasus yang terjadi di lingkungan sekolah itu dapat  digolongkan sebagai Electromagnetic hypersensitivity syndrome (EHS). Eksistensi sindrom ini memang diakui oleh World Health Organization (WHO), namun tidak demikian dengan komunitas medis umumnya. 

(dam/dhi)


Sumber: LIPUTAN6.COM

Advertisement