Giat Bedah Buku " Bangsa Pelaut " Koleksi Dispersip Tanjab Timur
Tanjab Timur, eNewsTimE.id - Suasana Auditorium Hotel Ratu, Rano, Muarasabak Barat, Tanjab Timur, Jambi, Senin (1/12/25) pagi berubah menjadi ruang dialog sejarah yang hangat ketika Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Dispersip) Tanjung Jabung Timur menggelar Bedah Buku Koleksi Perpustakaan Daerah dengan fokus pada novel sejarah “Bangsa Pelaut " : Kisah Setua Waktu” karya Windra.
Ratusan peserta dari berbagai kalangan tampak larut dalam cerita tentang jejak peradaban dan identitas masyarakat Sabak yang disuguhkan melalui literasi lokal tersebut.
Kegiatan ini turut dihadiri Wakil Bupati Tanjabtim Muslimin Tanja, para perwakilan OPD, akademisi, pegiat literasi, hingga pelajar.
Dalam sambutannya, Kepala Dispersip Tanjabtim H. Asman Daydy, S.Sos menegaskan bahwa bedah buku bukan sekadar acara seremonial, tetapi bagian dari upaya membangun ekosistem literasi yang kuat di tengah masyarakat.
“Ketika kita membedah sebuah buku, kita sedang membuka ruang refleksi, kritik, dan apresiasi atas gagasan yang lahir dari membaca, meneliti, dan proses panjang merumuskan kehidupan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Perpustakaan Daerah kini harus menjadi ruang hidup tempat gagasan berkembang, pengetahuan tumbuh, dan identitas budaya kembali dikenali.
Novel Bangsa Pelaut, menurut Asman, adalah karya yang membuka ingatan kolektif masyarakat Tanjabtim tentang sejarah nenek moyang, nilai budaya, dan jejak peradaban pesisir yang berpotensi hilang tergerus modernisasi.
“Literasi dan sejarah bertemu di titik penting untuk membangun masyarakat yang berpengetahuan dan berkarakter. Buku-buku lokal tidak boleh hanya menjadi isi rak, tetapi isi pikiran dan jiwa masyarakat kita,” tegasnya.
Kabid Deposit, Pengembangan Koleksi, dan Pelestarian Bahan Perpustakaan, Drs. Arifuddin, dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi langkah nyata untuk mempromosikan koleksi lokal sebagai sumber belajar publik.
Adapun tujuan kegiatan ini, antara lain Mengangkat koleksi unggulan Perpustakaan Daerah ke ruang publik. Meningkatkan minat baca serta budaya literasi masyarakat. Menghidupkan peran perpustakaan sebagai pusat diskusi intelektual. Mengapresiasi penulis dan tokoh lokal yang memiliki kontribusi literasi.
Kegiatan ini diikuti 100 peserta, mulai dari mahasiswa, guru, pustakawan, hingga pegiat literasi.
Dalam sesi interaktif, sejumlah peserta menyoroti tantangan literasi di era digital maraknya informasi instan, budaya scrolling, hingga hoaks.
Menanggapi itu, Asman menegaskan pentingnya literasi berpikir, bukan sekadar mampu membaca dan menulis.
“Kemampuan menganalisis, memahami, dan mengkritisi informasi adalah bentuk literasi yang paling penting hari ini,” katanya.
Dispersip berharap program ini menjadi tradisi ilmiah yang rutin digelar, sehingga koleksi-koleksi lokal tidak hanya tersimpan sebagai arsip, tetapi menjadi bahan dialog dan pendidikan masyarakat.
Buku Bangsa Pelaut dipilih karena memiliki nilai historis yang kuat, mengangkat sejarah Tanjabtim hingga aspek budaya yang terlupakan, termasuk legenda tentang keberadaan “Gunung Merapi di Sabak” yang menjadi perbincangan peserta.
Bedah buku ini menegaskan kembali pesan penting bahwa literasi adalah jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Melalui buku lokal seperti Bangsa Pelaut, generasi muda diajak mengenali jati diri daerahnya, memahami sejarahnya, dan merawat nilai-nilai yang lahir dari bumi Sepucuk Nipah Serumpun Nibung.
Nara Sumber menjelaskan Bahwa Novel Bangsa Pelaut tersebut Karya Wendra Wahar seorang Jurnalis dengan penulisan gaya sastra.
Dimana dalam buku tersebut menceritakan seputar kapal Kuno di masa 170 hingga 1000 Masehi, dan tentang Gunung Merapi yang terdapat di sabak.
Selain itu buku dengan 390 halaman ini mengangkat Isu Keberadaban Sabak, Kontra Sriwijaya hingga kritik terhadap sejarah kolonial.